Masih banyak yang percaya bila kesuksesan salah satunya diukur dari tingkat pendidikan. Enggak sedikit mempunyai latar pendidikan tinggi, masih berpredikat pengangguran. Sebaliknya, tak sedikit pula yang berpendidikan biasa-biasa saja justru mampu meraih apa yang didambakan.
Sukses yang diraih Pak Tri atau banyak teman-temannya sering memanggil Mas Tole tidak terlepas dari insting dan naluri usaha yang dipupuknya sejak menempuh pendidikan di HMTC (Hartomo Mechanical Training Centre) untuk divisi Yogyakarta pada tahun 2009-2010. Kebetulan juga beliau mengetahui keberadaan HMTC setelah mendapatkan informasi dari Majalah Motor Plus.
Usianya masih belia saat itu dan dia rela menempuh perjalanan sejauh 860 km dari Lampung ke Jogja menggunakan transportasi bus antar daerah. Ingin mengejar mimpi, bukan sekedar kesan serupa untuk hanya menikmati eksistensi akan sebuah kota budaya. Sudah banyak juga kenangan dari orang-orang sukses yang telah menuliskan kisah ringkasnya disini.
Pertumbuhan berbagai lembaga pendidikan, meningkatnya kebutuhan akan jasa, tingginya minat perdagangan, serta sektor rekreasi yang cukup menjanjikan. Semua itu memicu perkembangan tata ruang baru dengan berbagai pusat kegiatan. Perihal kesempatan yang sudah memang terbaca oleh si anak desa dari Lampung.
Ultimatum dari Orang Tua.
Awalnya diultimatum oleh orang tua di desa melalui secarik surat yang dikirim secara online. Bunyinya, “Kalau mau minta uang, mending pulang. Kalau mau disitu atau enggak mau pulang, kamu pergunakan ilmu mu sebaik mungkin guna mencari uang. Itu buah cari uang disitu.”
Namun tetap. Yogyakarta adalah Jogja. Semaju-majunya perkembangan teknologi, hal tersebut tidak membuat karisidenan ini menanggalkan nilai-nilai tradisional yang merakyat. Sebut saja sayur lodeh, tempe goreng, ikan goreng sampai dengan sambal terasi. Anda dapat menemukannya dengan mudah di berbagai warung angkringan untuk setiap harinya.
Begitupun juga akan komiten awal Pak Tri saat menempuh dunia usaha. Kerja keras dan pantang menyerah menjadi kesepakatan dirinya dengan masa depan. Sempat 1 tahun bergelut membuka usaha angkringan di Jl. Imogiri Barat. Tanpa modal sih! Jadi temannya yang masih kuliah menyediakan fasilitas peralatan, sedangkan dia bertindak sebagai penjual angkringan. Bangun pagi dan segera menyediakan hidangan.
Patut bersyukur memang saat jerih payah usaha angkringan mampu menutupi biaya kos. Belum punya motor dan kemana-mana naik bis angkutan umum. Akan tetapi kinerja tersebut tetap dikatakan berat. Kayak kerja rodi, pagi sudah belanja pakai motor pinjaman. Setelah hampir 365 hari dijalani, enggak kuat badannya, sering kecapean dan memutuskan untuk konsentrasi membuka usaha bengkel dan mekanik.
Pelanggan yang Setia.
Ketika awal membuka usaha bengkel di Jembatan Merah pada tahun 2011, Pak Tri kerjasama dengan beberapa teman. Pundi-pundi modal berasal dari orderan mesin dan jual-beli spare part racing melalui pola peasaran secara online. Keuntungan dari itu, dibelikanlah peralatan kunci satu demi satu hingga lengkap.
Ujarnya tentang jumlah modal yang patut dimiliki oleh para pendiri bengkel. Kira-kira Rp. 7 juta, tapi itu belum termasuk mesin kompresor dan onderdil. Untuk urusan kebutuhan spare part, ia dulunya menggunakan pola pembelian secara nyicil, berdasarkan pertimbangan butuh banget dan kurang butuh. Adapun membeli onderdil melihat latar belakang akan banyaknya peminat.
Hingga suatu saat dia sudah mulai berani untuk membuka jasa bengkel secara mandiri. Dipilihlah sebuah ruko yang terletak di depan Stiekes. Waktu demi waktu berlanjut, usaha bengkel terus mengalami peningkatan jumlah pelanggan. Semua raihan ini memang berasal dari pengalaman sebelumnya di jembatan merah dalam bidang service. Banyak para pelanggannya telah benar-benar puas akan pelayanan yang telah diberikan.
Namun entah mengapa ?? Usaha bengkelnya tidak memperoleh izin perpanjangan kontrak untuk sewa ruko. Akhirnya ia memutuskan untuk memindahkan letak usaha jasa bengkel Tole Concept di Jl. Paris atau Parang Tritis Km 16 hingga hari ini dan kebetulan juga isterinya adalah orang sana, plus sejak saat itu pula ia sudah menjadi guru atau instruktur HMTC. Tentu jumlah pelanggan pun lebih banyak lagi. “Kira-kira 2 kali lipat dari Stiekes,” jelasnya. Banyak dari pelanggan sebelumnya terus mencari keberadaan bengkel Pak Tri. Mereka puas, serta tidak segan untuk meninggalkan status yang bisa dihubungi berbentuk nomor HP (087-838-398-936) dan Pin BB (D502E3AB).
Sekarang sudah mulai merambah dunia balap. Setelah rajin melakukan riset dan mengikuti perkembangan motor balap. Itu semua juga dikarenakan orang melihat bila si bengkel bisa memodifikasi berbagai hal, serta yang paling penting adalah sudah sangat mahir dalam memperbaiki motor kelas standar.
Tips membangun sebuah Bengkel menurut pengalaman Pak Tri.
“Program kerja HMTC telah sukses menambah wawasan, pengetahuan, serta memberikan banyak benefit bagi para mekanik yang telah ikut serta dalam sistem pendidikan mereka. Tidak kalah penting, hasil program ini akan selalu memberikan kenyamanan bagi para pengguna kendaraan.”
Website: http://hmtc.co.id/
Facebook: https://www.facebook.com/hmtcjakarta/
Facebook: https://www.facebook.com/kursusmekanikhmtc
Alamat HMTC Jogja: Jl. Sisingamangaraja No. 72, Karangkajen, Yogyakarta, Indonesia.